Banner 468 x 60px

 

Minggu, 22 Desember 2019

"Corvus, Si Gagak Penyanyi"

0 komentar
Hutan Kajaro dihuni aneka macam binatang. Mereka selalu tak sabar menantikan datangnya musim semi. Termasuk bangsa unggas. Bangsa unggas selalu menyambut musim semi dengan mengadakan lomba menyanyi. Semua boleh ikut lomba. Di musim semi lalu, bahkan Ayam Hutan ikut jadi peserta. Sayangnya, kokokannya belum bisa mengalahkan merdunya suara Cicadaun. Corvus, seekor burung gagak, sangat suka menyanyi. Sambil terbang atau bertengger, ia bersenandung. Pernah suatu kali, Corvus bernyanyi riang dan lantang. Nyanyiannya terdengar oleh seekor burung Merbah yang bertengger tak jauh darinya. Merbah menertawakan Corvus. “Suaramu itu tak cocok untuk menyanyikan lagu ceria. Corvus. Kamu lebih cocok menyanyi di saat ada kesedihan,” ejek Merbah. Corvus malu dan sedih. Sejak itu, ia hanya bernyanyi saat sedang sendiri saja. Ia pun tak pernah ikut lomba menyanyi. Kini, semua burung sibuk berlatih. Diam-diam, Corvus juga berlatih di dalam hutan yang sepi. Ia tak ingin ada yang mendengar suaranya. “Kaok...kaoook...kaaaoook...” Corvus melatih nada suaranya, lalu mulai bernyanyi. “Hai Corvus! Nyanyianmu enak didengar. Aku jadi ingin bergoyang menari!” Corvus terkejut. “Ayam Hutan? Sedang apa kau di sini?” tanya Corvus. “Aku mau pergi ke Hutan Sodito, mengunjungi keluargaku. Kau sedang berlatih untuk lomba menyanyi, ya?” “Tidak. Aku malu. Suaraku jelek sekali.” “Hei! Untuk apa malu? Suaramu lebih bagus dari suaraku. Lagipula, caramu bernyanyi asyik sekali.” “Sungguh?” baru kali ini Corvus mendapat pujian. Ia senang sekali. “Kalau tak percaya, ikut lomba saja.” “Bagaimana kalau tidak ada yang suka suaraku?” “Tidak rugi, kan? Paling-paling, kau tidak menang,” ucap Ayam Hutan menghibur. “Ayam Hutan betul juga! Kalau mereka tak suka, aku tetap bisa bernyanyi diam-diam di mana saja,” pikir Corvus. “Kau tentu tak bisa memaksa mereka semua suka padamu. Yang penting, kamu sudah mencoba,” ujar Ayam Hutan sambil melenggang pergi. Hari lomba pun tiba. Lomba menyanyi diadakan di sebuah pohon flamboyan tua yang memiliki banyak dahan dan ranting. Banyak binatang yang menonton lomba ini. Di saat-saat terakhir pendaftaran akan ditutup, Corvus terbang mendekati Jalak. Ia akan menjadi juri lomba kali ini bersama Manyar dan Perkutut. Peserta lain yang ada di situ pun, seketika riuh. “Corvus, kau akan ikut lomba menyanyi? Sebaiknya batalkan saja. Daripada kamu pulang sambil menangis karena kalah.” Ejek Merbah. Burung-burung lain ikut tertawa. Mereka tak yakin Corvus bisa bernyanyi seperti burung berkicau lainnya. Lomba dimulai. Kenari mendapat nomor orut pertama. Suaranya betul-betul indah. Selanjutnya, giliran Murai Batu, Kacer, Cendet, Cicadaun, hingga giliran terakhir. Corvus naik ke dahan panggung. Bulu hitamnya tampak berkilau terkena sinar matahari. Ia mengawali penampilannya dengan kaok-an keras dan membuat suasana hening seketika. Corvus lalu menyanyikan lagu andalannya. Corvus membawakan lagu dengan ceria. Burung-burung mulai bergoyang. Rupanya, mereka suka dengan cara Corvus menyanyi. Corvus yang semula gugup, mulai percaya diri. Saat Corvus menyelesaikan lagunya, suasana kembali hening sejenak. Lalu disambung dengan tepukan sayap yang meriah sekali. Corvus tak menyangka mendapat sambutan sebaik itu. Selama ini, ia mengira tak ada yang menyukai suaranya. Padahal, hanya ada satu dua burung lain yang mengejeknya. Corvus bersyukur saat mendapat ejekan, ia tidak lantas berhenti menyanyi. Ia bersyukur, telah mendengar nasihat Ayam Hutan. Ternyata pemenang lomba kali ini adalah Murai Batu. Corvus tidak kecewa tidak menjadi pemenang. Ia bahkan tidak peduli, menang atau kalah. Yang penting, ia telah berhasil menjadi gagak yang percaya diri. Gagak yang tidak terus bersembunyi dan malu bernyanyi. Corvus tersenyum bahagia. (Karya Dian Sukma Kuswardhani, diambil dari majalah Bobo edisi 11 Juni 2015)

0 komentar:

Posting Komentar

 
smart teacher © 2019